Leiden University logo.

nl en

Aman Studi di Kala Pandemi

Situasi dunia sedang mengkhawatirkan. Di tengah terpaan berita-berita kurang baik, Anda menerima sebuah email yang selama ini dinantikan. Di pembuka email itu tertulis: "Selamat, Anda diterima di Universitas Leiden!"

Email itu tentu membahagiakan seisi rumah. Si "anak kelas dua belas" yang setahun belakangan hanya bisa belajar dengan menatap layar telah diterima di universitas favorit sekaligus tertua di negeri Belanda. 

Namun demikian, tentu kekhawatiran diam-diam ikut hadir diantara kebanggaan. Apakah aman untuk berkuliah ditengah pandemi? Apakah mahasiswa dapat memanfatkan fasilitas kampus secara maksimal? Apakah pandemi akan menghalangi untuk merasakan pengalaman hidup di Belanda pada umumnya dan secara khusus: di Leiden atau di Den Haag?

Artikel ini berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan runut dan ringkas.

Pra Kedatangan

Salah satu syarat mutlak memasuki wilayah Belanda adalah kepemilikan visa yang diberikan oleh pemerintah Belanda melalui perwakilannya di Indonesia. Visa yang akan diberikan kepada mahasiswa adalah visa pelajar atau biasa disebut MVV.

Visa pelajar berbeda dengan visa turis. Pemegang visa ini akan diizinkan untuk masuk ke wilayah Belanda di masa pandemi selama mematuhi peraturan lain yang berlaku. Patut diperhatikan bahwa selama masa pandemi perwakilan pemerintah Belanda di Indonesia tidak mengeluarkan visa turis/kunjungan singkat yang biasa dipakai oleh orang tua calon mahasiswa untuk mendapingi putra-putrinya.

Selain visa, semua pengunjung dari Indonesia wajib menunjukkan bukti tes PCR negatif yang didapat maksimal 72 jam sebelum waktu kedatangan di Belanda. 

Visa sudah beres dan tes PCR sudah diagendakan, ketentuan apa yang harus diketahui sebelum membeli tiket? Selama pandemi, pemegang visa pelajar harus membeli tiket pesawat dengan tujuan akhir Belanda. Dengan kata lain, para pelajar tidak diizinkan untuk mendarat di negara Uni Eropa/Zona Schengen yang lain sebelum memasuki wilayah Belanda secara resmi. 

Kedatangan di Belanda

Setelah mengudara cukup lama, Anda akan mendarat di Bandara Schiphol. Schiphol yang terletak dekat dengan kota Amsterdam bukanlah bandara yang terlampau mewah namun sangat ramah bagi pengunjung internasional. Semua petunjuk arah dan instruksi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Jangan kaget pula jika beberapa polisi perbatasan Belanda (Marechaussee) lancar berbahasa Indonesia. 

Sebagai pemegang visa pelajar, pemeriksaan oleh petugas imigrasi di bandara tidak akan berbelit-belit. Calon mahasiswa akan diminta menunjukkan paspornya yang telah ditempel visa izin masuk (entry visa). Dokumen lain seperti hasil tes PCR negatif dan dokumen terkait registrasi universitas dapat pula diminta oleh petugas yang berwenang.

Menuju Kota Studi dan Karantina Mandiri

Bandara Schiphol memiliki stasiun kereta dan sebuah pool taksi. Dengan menggunakan kedua moda tersebut, Anda bisa mencapai kota Leiden ataupun Den Haag. Penggunaan kereta dan taksi sebelum karantina mandiri diperbolehkan, selama menaati protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan sebisa mungkin menjaga jarak 1,5 meter.

Namun demikian, sesampainya di kota tujuan, Anda wajib melaksanakan karantina mandiri selama sepuluh hari di tempat akomodasi (kamar/unit apartemen) yang telah disewa sebelum kedatangan di Belanda. Pasokan kebutuhan sehari-hari selama karantina dapat dipenuhi melalui aplikasi supermarket online atau dengan bantuan teman atau perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) setempat. Beberapa kebutuhan pokok dapat juga dibawa dari Indonesia, selama tidak melanggar peraturan penerbangan dan kepabeanan.

Belanda dan Corona

Seperti negara lain di dunia, Belanda juga tak luput dari wabah Covid-19. Sejak Maret 2020, Belanda telah memberlakukan pembatasan-pembatasan termasuk penerapan lockdown ketat dan jam malam. Meski demikian, sejak April 2021 pemerintah Belanda telah percaya diri untuk "membuka kembali" negaranya.

Kepercayaan diri ini tentu didasari oleh angka infeksi yang menurun dan partisipasi vaksinasi yang tinggi. Namun, penggunaan masker ditempat umum sangat disarankan. Penggunaan masker diwajibkan di moda dan prasana transportasi (kereta & stasiun, pesawat & bandara, bus, ferry dan tram) dan ketika mengalami gejala covid-19 (batuk, pilek atau demam tinggi).

Per Juni 2021, taman, toko, museum dan restoran dibuka kembali tanpa pembatasan pengunjung yang ketat. Olahraga jenis apapun kembali diizinkan. Paling penting, perkuliahan tatap muka sudah dilaksanakan dan diprioritaskan untuk mahasiswa baru. 

Vaksinasi sebagai salah satu cara menekan penyebaran covid-19 terbuka untuk mahasiswa internasional, selama mahasiswa tersebut terdaftar pada dokter umum. Terdaftarnya seseorang pada sebuah dokter umum dan kepemilikan asuransi jiwa adalah syarat mutlak untuk studi di Belanda. 

Penyesuaian kebijakan terkait covid-19 selalu diumumkan oleh Badan Kesehatan Masyarakat (RIVM) atau disampaikan langsung oleh perdana menteri dan menteri kesehatan melalui media massa. 

Kota Leiden dan Den Haag

Kampus universitas Leiden terletak di dua kota: Leiden dan Den Haag. Penduduk kedua kota ini menganggap mahasiswa internasional sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan kota mereka. Di kedua kota ini, kampus universitas Leiden adalah ikon kota yang sangat terkenal dan mudah dijangkau.

Leiden adalah kota yang (sangat) kecil namun dijejali banyak bangunan klasik serta sejarah yang tak penah habis diceritakan. Sebab ukurannya yang tak besar, seluruh penjuru Leiden dapat dijelajahi dengan sepeda atau bahkan berjalan kaki. Di pinggir salah satu kanal paling indah di Leiden, Rapenburg, berdiri kampus pertama Universitas Leiden yang sudah digunakan sejak tahun 1575. Tidak jauh dari kanal yang sama berdiri Fakultas Hukum, Fakultas Humaniora, dan Perpustakaan Universitas Leiden. Fakultas Kedokteran, Ilmu Sosial, Biologi Ilmu Pengetahuan Alam, dan Arkeologi terletak disisi kota yang lebih modern dan tak jauh dari stasiun Leiden Central.

Den Haag adalah pusat pemerintah Kerajaan Belanda. Raja dan Perdana Menteri Belanda berkantor di jantung kota, dikelilingi oleh kantor-kantor organisasi internasional, dan kedutaan-kedutaan besar negara sahabat. Kota Den Haag dihubungkan oleh bus dan tram listrik, meskipun begitu, tradisi bersepeda di Den Haag tak kalah dengan kota lain. Kampus Universitas Leiden di Den Haag terletak di pusat kota. Sebagai contoh, Kampus Wijnhaven, kampus utama dari Fakultas Ilmu Pemerintah dan Isu Global, dapat dijangkau dengan sepuluh menit berjalan kaki dari stasiun Den Haag Central.

Di kedua kota tersebut, akomodasi mahasiswa mudah untuk ditemukan sesuai dengan budget. Pencarian akomodasi dapat dilakukan melalui kantor perumahan milik universitas maupun platform pencarian properti online lainnya. Supermarket tersebar dipenjuru kota, termasuk yang khusus menjual produk halal. Ketika tugas kuliah menyita waktu memasak, restoran-restoran harga mahasiswa dengan cekatan melayani pesan antar, termasuk beberapa rumah makan Indonesia yang menjajakan cita rasa tanah air. 

Kebijakan terkait covid-19 di kedua kota ini mengikuti kebijakan nasional. Kalaupun lockdown diterapkan dengan ketat, pemerintah kota tetap akan membuka supermarket, apotek, kafe dan restoran (khusus layan antar), taman dan perpustakaan (khusus peminjaman dan pengembalian buku).

 

Teks: Satrio Dwicahyo (Sejarawan & Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Leiden 2019-2020)

This website uses cookies.